[13/7 17.33] Nur: KISAH SAHABAT NABI <br>
ABDULLAH BIN MAS&apos;UD<br>
<br>
Abdullah bin Mas’ud adalah seorang sahabat yang termasuk dalam orang-orang yang pertama kali memeluk agama Islam. Ia adalah orang keenam yang memeluk agama Islam.<br>
<br>
<br>
Awal ketertarikannya pada agama Islam bermula pada saat Abdullah bertemu dengan Rasulullah dan Abu Bakar. Pada saat itu, Abdullah yang masih remaja sedang menggembala&nbsp; kambing milik Uqbah bin Mu’aith. Kemudian, Rasulullah dan Abu Bakar datang mendekatinya. Rasulullah meminta susu kambing untuk diminum kepada Abdullah. Namun Abdullah tidak dapat memenuhi permintaannya karena kambing itu bukan kepunyaannya.<br>
<br>
<br>
Setelah itu Rasulullah berkata, “Adakah kambing betina yang mandul dan belum dikawini oleh seekor kambing jantan?” Abdullah pun menunjukkannya, lalu Rasulullah berdoa&nbsp; dan memerah susu dari kambing tersebut. Ternyata, susu mengucur dari puting susu kambing tersebut, pada hal sebelumnya kambing itu tidak pernah mengeluarkan susunya. Setelah susu itu ditampung dalam suatu wadah, Abdullah dan&nbsp; Abu Bakar&nbsp; meminumnya. Peristiwa itu benar-benar membekas dalam hati dan pikiran Abdullah.<br>
<br>
<br>
Beberapa lama kemudian, Abdullah datang menemui Rasulullah, ia meminta Rasulullah mengajarinya. Abdullah tidak menyadari bahwa itu adalah sebagian kecil dari mukjizat seorang Nabi. Kemudian Rasulullah berkata, “Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar.<br>
<br>
<br>
Abdullah bin Mas’ud&nbsp; adalah seorang yang lemah dan miskin. Ia hanyalah penggembala kambing-kambing milik Uqbah bin Mu’aith. Biasanya ia akan berjalan dengan kaki berjingkat dan kepala tunduk bila berjalan di hadapan para pembesar Quraisy. Namun setelah memeluk agama Islam, Abdullah menjadi seorang yang tidak memandang&nbsp; dirinya lebih rendah dibandingkan para pembesar kaum Quraisy.<br>
<br>
<br>
Pada suatu ketika para sahabat berkumpul. Salah seorang di antara mereka berkata, “Demi Allah, orang-orang&nbsp; Quraisy belum pernah mendengarkan Al-Qur’an sedikit pun dengan bacaan yang keras. Siapa di antara kita yang bersedia membacakan Al-Qur’an&nbsp; di hadapan mereka?” Abdullah bin Mas’ud berkata, “Saya yang akan melakukan hal itu.” Namun para sahabat mengkhawatirkan&nbsp; keselamatan Abdullah. Mereka&nbsp; berharap yang memperdengarkan Al-Qur’an dihadapan kaum Quraisy, adalah orang memiliki&nbsp; kerabat. Dengan demikian jika para tokoh Quraisy melakukan penganiayaan, ada orang yang membelanya Namun Abdullah tetap bersikukuh.<br>
<br>
<br>
Pada saat tokoh-tokoh quraisy mengadakan pertemua, Abdullah bin Mas’ud turut hadir. Abdullah berdiri dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an di hadapan para tokoh Quraisy. Awalnya mereka mendengarkannya&nbsp; dengan saksama. Mereka bertanya-tanya tentang bacaan yang diperdengarkan oleh Abdullah. Lama kelamaan mereka mengatahui bahwa bacaan itu pernah&nbsp; dibaca oelh Rasulullah. Menyadari hal itu , mereka langsung mendekati dan memukul Abdulah. Saat itu Abdullah masih terus&nbsp; membacanya.<br>
<br>
<br>
Abdullah bin Mas’ud kembali ketempat para sahabat dalam keadaan terluka, bukannya&nbsp; jera, Abdullah justru menyatakan bahwa dirinya bersedia kembali ke tempat pertemuan para tokoh Quraisy, jika para&nbsp; sahabat menghendakinya,&nbsp; bahkan Abdullah bin Mas’ud&nbsp; berani mendatangi majelis yang diadakan oleh para tokoh Quraisy. Di sana, ia membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suara yang merdu. Pada awalnya para tokoh Quraisy tampak takjub dengan kemerduan suara Abdullah. Namun lama kelamaan, mereka menyadari bahwa ayat-ayat itu adalah milik Nabi Muhammad.<br>
<br>
<br>
Abdulah bin Mas’ud adalah seorang yang lemah jasmaninya dan miskin harta. Namun Allah mengaruniakannya kemauan yang kuat untuk belajar. Setelah itu, kehidupannya dilimpahi dengan ilmu pengetahuan dan kemuliaan. Ia menjadi ahli hukum pada masa itu. Terbuktilah perkataan Rasulullah yang menyatakan bahwa Abdullah bin Mas’ud akan menjadi seorang yang terpelajar. Namun Abdullah bukan hanya orang yang berilmu, tetapi juga seorang yang saleh dan bertakwa.<br>
<br>
[13/7 17.33] Nur: 10 Faedah Dari Nasehat Abdullah Bin Mas&apos;ud<br>
<br>
<br>
Bismillah. Alhamdulillah.Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, keluarga beliau, sahabat beliau dan orang yang mengikuti beliau dengan baik sampai akhir zaman.<br>
<br>
Amma ba’du :<br>
Berikut ini adalah 10 Faidah Dari Nasehat Sahabat Nabi yang Mulia yakni Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu yang wafat pada tahun 32/33 H di Madinah.<br>
<br>
FAIDAH 1 : AMAL<br>
<br>
<br>
Dari Abdullah bin Walid Rahimahullah berkata : Aku mendengar Abdurrahman bin Hujairah Rahimahullah menceritakan dari ayahnya (yakni Hujairah) dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu bahwa ketika sedang duduk bermajelis, beliau berpesan :<br>
<br>
إنّكم في ممرّ من الّليل والنّهار في آجل منقوصة , وأعمال محفوطة , والموت يأتي بغتة<br>
<br>
“Sesungguhnya kalian berada ditengah perjalanan malam dan siang dalam umur yang terus berkurang dan dalam berbagai amal yang selalu dijaga. Sedangkan kematian senantiasa datang dengan tiba-tiba.<br>
<br>
فمن زرع خيرا فيوشك أن يحصدرغبة , ومن زرع شرّا فيو شك أن يحصد ندامة , ولكلّ زارع مثل مازرع<br>
<br>
Barangsiapa yang menanam kebaikan, niscaya dia akan memetik kebahagiaan, dan barangsiapa yang menanam kejelekan niscaya dia akan memetik penyelasan. Setiap orang yang menanam akan mendapatkan sesuai apa yang dia tanam.<br>
<br>
لا يسبق بطيء بحظه , ولا يدرك حريص مالم يقدّرله<br>
<br>
Orang yang berlambat-lambat tidak akan bersegera mendapatkan bagian nya, dan orang yang rakus tidak mampu mendapatkan apa yang belum ditetapkan baginya.<br>
<br>
فإن أعطي حيرا فالله أعطاه , ومن وقي شرّا فالله وقاه<br>
<br>
Barangsiapa yang dikarunia kebaikan maka Allah lah yang memberinya, dan barangsiapa yang dijaga dari kejelekan maka Allah lah yang menjaganya.<br>
<br>
المتّقون سادة , والفقهاء قادة , ومجالسهم زيادة<br>
<br>
Orang yang bertakwa adalah orang-orang yang mulia, dan para Fuqaha (Ahli Fiqih) adalah pembimbing umat, dan duduk bermajelis dengan mereka adalah sebuah keutamaan.” [Shifatush Shafwah 1/408-409]<br>
<br>
<br>
FAIDAH 2 : BISIKAN<br>
<br>
<br>
Dari Abu Iyas Al-Bajali Rahimahullah berkata, aku mendengar Abdullah Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata :<br>
<br>
من تطاول تعظّما خفضه الله , ومن تواضع تخشّعا رفعه الله<br>
<br>
“Barangsiapa yang menonjolkan dirinya karena sombong, niscaya Allah akan merendahkan nya. Barangsiapa yang bersikap tawadhu’ karena ketundukan nya, pasti Allah akan mengangkatnya.<br>
<br>
وأنّ للملك لمّة وللشيّطان لمّة<br>
<br>
Sesungguhnya para malaikat memiliki bisikan, begitu juga dengan syaitan.<br>
<br>
فلمّة الملك إيعاد بالخير وتصديق بالحقّ , فإذا رأيتم ذلك فاحمدوا الله<br>
<br>
Bisikan malaikat adalah yang menjanjikan kebaikan dan membenarkan kebenaran, maka jika kalian melihatnya, pujilah Allah Azza wa Jalla.<br>
<br>
ولمّة الشيّطان إيعاد بالشّرّ وتكذيب بالحقّ , فإذا رأيتم ذلك فتعوّذوا بالله<br>
<br>
Adapun bisikan syaitan adalah menakut-nakuti dengan kejelekan dan mendustakan kebenaran, jika kalian melihat hal itu, maka berlindunglah kepada Allah.” [Shifatush Shafwah 1/413]<br>
<br>
<br>
FAIDAH 3 : UCAPAN DAN PERBUATAN<br>
<br>
<br>
Dari Imran bin Abi Ja’d Rahimahullah dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu, ia berkata :<br>
<br>
إنّ النّاس قد أحسنوا القول , فمن وافق قوله فعله فذاك الّذي أصاب حظّه , ومن لا يوافق قوله فعله فذاك الّذي يوبّخ نفسه<br>
<br>
“Sesungguhnya manusia telah memperindah ucapan nya, maka barangsiapa yang ucapan nya sesuai dengan perbuatan nya, maka itulah orang yang mendapatkan keberuntungan. Namun barangsiapa yang ucapan nya tidak sesuai dengan perbuatan nya, itulah orang yang mencela dirinya sendiri.” [Shifatush Shafwah 1/413]<br>
<br>
<br>
FAIDAH 4 : BEKERJALAH<br>
<br>
<br>
Dari Musayyab bin Rafi’ rahimahullah berkata, Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata :<br>
<br>
إنّي لابغض الرّجل أن أراه فارغاليس في شيء من عمل الدّنيا ولا في عمل الآخيرة<br>
<br>
“Sungguh, aku sangat benci melihat seorang pengangguran yang tidak bekerja untuk dunia nya dan tidak pula beramal untuk akhiratnya.” [Shifatush Shafwah 1/414]<br>
<br>
<br>
FAIDAH 5 : KARENA DOSA<br>
<br>
<br>
Dari Qasim bin Abdurrahman Rahimahullah dan Hasan bin Sa’ad Rahimahullah berkata, Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata :<br>
<br>
إنّي لا حسب الرّجل ينسى العلم كان يعلمه بالخطيئة يعملها<br>
<br>
““Sungguh, aku menduga bahwa seseorang yang lupa terhadap ilmu yang telah diketahuinya adalah karena dosa yang dilakukan nya.” [Sh
[13/7 17.34] Nur: FAIDAH 6 : BUAH ILMU<br>
<br>
<br>
Dari Aun bin Abdillah Rahimahullah berkata, Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata :<br>
<br>
ليس العلم بكثرة الرّواية ولكنّ العلم الخشية<br>
<br>
“Ilmu bukanlah dengan banyaknya riwayat, tetapi ilmu adalah Khasyyah (Rasa takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala).” [Shifatush Shafwah 1/416]<br>
<br>
<br>
FAIDAH 7 : KAMU ADALAH TAMU<br>
<br>
<br>
Dari Dhahak bin Muzahim Rahimahullah berkata, Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata :<br>
<br>
مامنكم إلّا ضيف , وماله عارية , فالضّيف مرتحل , والعارية مؤدّاة إلى أهلها<br>
<br>
“Tidaklah seorang pun diantara kalian melainkan hanya seorang tamu dan hartanya hanyalah barang pinjaman. Seorang tamu pasti akan pergi dan barang pinjaman akan dikembalikan kepada si pemiliknya (yakni Allah Subhanahu wa ta’ala).” [Shifatush Shafwah 1/418-419]<br>
<br>
<br>
FAIDAH 8 : KENIKMATAN SYAHWAT SESAAT<br>
<br>
<br>
Dari Khaitsamah Rahimahullah, ia berkata. Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata :<br>
<br>
الحقّ ثقيل مريء والباطل خفيف وبئ وربّ شهوة تورث حزنا طويلا<br>
<br>
“Kebenaran itu berat namun lezat (baik/indah) akibatnya, Sedangkan kebatilan itur ingan, namun buruk akibatnya. Betapa banyak syahwat sesaat yang mewariskan kesedihan yang berkepanjangan.” [Shifatush Shafwah 1/419-420]<br>
<br>
<br>
FAIDAH 9 : JAGA LISAN<br>
<br>
<br>
Dari Anbas bin ‘Uqbah Rahimahullah, ia berkata. Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata :<br>
<br>
والله الّذي لا إله إلّا هو ما على وجه الأرض شيء أحوج إلى طول سجن من لسان<br>
<br>
“Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak di ibadahi selain Dia, tidak ada sesuatu diatas muka bumi ini yang lebih perlu untuk lama dipenjarakan daripada lisan.” [Shifatush Shafwah 1/420]<br>
<br>
<br>
FAIDAH 10 : IKUTILAH KEBENARAN<br>
<br>
<br>
Dari Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu, dari Ayahnya yakni Abdullah bin Mas’ud berkata : “Ada seorang laki-laki yang mendatangi Abdullah bin Mas’ud lalu berkata : “Wahai Abdu Abdurrahman (kunyahnya Abdullah bin Mas’ud), ajarkanlah kepada ku beberapa kalimat singkat lagi penuh manfaat.” Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata :<br>
<br>
لا تشرك به شيئا وزل مع القرأن حيث زال , ومن جاءك بالحقّ فاقبل منه وإن كان بعيدا بغيضا , ومن جاءك بالباطل فاردده عليه وإن كان حبـيـباقريـبا<br>
<br>
“Janganlah kamu menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan berjalanlah bersama al-Quran kemanapun ia berjalan. Siapa yang membaca kebenaran terimalah sekalipun ia berasal dari orang yang jauh lagi dibenci. Dan siapa yang membaca kebatilan kepada mu, maka tolaklah ia, sekalipun ia berasal dari orang tercinta lagi terdekatmu.” [Shifatush Shafwah 1/419]<br>
<br>
Demikianlah nasehat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu, semoga ada manfaatnya. 10 Faidah Nasehat Abdullah bin Mas’ud ini saya ambil dan susun dari buku Ensiklopedi Hikmah (yang merupakan ringkasan dari Shifatush Shafwah) hal 32-42 yang disusun oleh Ibnu Abdil Barri. Cet Pustaka Arafah.

0 komentar:

Posting Komentar