Baitul Maqdis Tempat Suci Umat Islam

Baitul Maqdis disebutkan langsung dalam Al-Qur'an dengan Al-Ard al-Muqaddsah (tanah yang disucikan), seperti firman Allah Subahanahu wa Ta'ala,

يَاقَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ

“(Musa berkata) Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Maidah: 21)

Sebagian mufassirin menyebutkan bahwa maksud tanah suci tersebut adalah Baitul Maqdis, seperti yang disampaikan Imam al-Sudi yang dinukil Ibnu Jarir dan disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir. Yaitu negeri yang dijanjikan oleh Allah melalui lisan Nabi Ya’kub kepada Bani Israil untuk diwaris oleh orang beriman dari kalangan mereka.

Nabi Musa mengajak Bani Israil untuk memperjuangkan negeri tersebut dengan berjihad dan merebutnya dari para penjahat. Kemudian mereka enggan menyambut seruan Kalimullah dengan beralasan bahwa Baitul Maqdis dikuasai sekelompok jahat yang kuat; dan mereka merasa tidak mampu melawan mereka.

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman tentangnya,

قَالُوا يَامُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا حَتَّى يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ

“Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya".” (QS. Al-Maidah: 22)

Syaikh al-Sa’di menyebutkan bahwa penolakan itu bentuk mental pengecut dan sedikitnya keyakinan kepada Allah. Jika mereka yakin, pasti mereka tahu musuh-musuh mereka juga manusia keturunan Adam. Sedangkan orang yang kuat adalah yang Allah tolong dengan kekuatan dari sisi-Nya. Sesungguhnya tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Mereka pun tahu bahwa mereka akan menang menghadapi musuh-musuh jahat tersebut karena Allah telah menjanjika tempat itu untuk mereka dengan janji yang khusus.

Tidak hanya Nabi Musa yang menyeru, ada 2 orang yang shalih membangkitkan semangat dan keberanian mereka untuk memerang musuh yang telah merampas tempat tinggal mereka,

ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَوَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنْتُم مُّؤْمِنِينَ

 “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah: 23)

Namun lagi-lagi jawaban mereka menunjukan keengganan dan ketidakpatuhan mereka kepada perintah Allah dan rasul-Nya. Mereka tetap ngeyel dengan mempertahankan sifat penyecut dan ketidakyakinan akan pertolongan Allah.

قَالُوا يَامُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ

“Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS. Al-Maidah: 24)

0 komentar:

Posting Komentar